Buyung (Bagus Santoso) dan ibunya (Nuke Maya Saphira) mendarat di Tanjung Priok untuk mencari ayahnya, Rachmat (Dicky Zulkarnaen). Ternyata Rachmat tidak lagi jadi kuli di pelabuhan itu. Nasib sengsara mulai menyapa. Buyung kecopetan dompetnya, hingga karena kelaparan ibunya meninggal. Maka bekerja apa sajalah Buyung untuk bisa menyambung hidup, sambil terus mencari ayahnya yang ternyata sudah jadi pengusaha EMKL. Buyung berhasil menemui ayahnya, tapi tak mau membuka identitas dirinya. Rachmat sudah beristri (Mia Kumala) dan berputri Shanty (Nia Zulkarnaen). Buyung melamar bekerja sebagai pembantu di rumah itu. Dua pembantu "senior" ini yang membebani Buyung di luar batas. Itulah maksud film ini: memeras air mata. Suatu kali anting-anting Shanty hilang. Ia memberitahukan pada Buyung, yang kemudian menjual kalung peninggalan ibunya untuk pengganti anting-anting itu. Waktu menjual kalung itu, Harjo (Hardjo Muljo), pembantu rumah tangga itu juga, melihatnya. Ia sendiri sedang menjual kalung nyonya rumah yang dicurinya. Ketika kegaduhan di rumah terjadi karena kalung yang hilang, si Buyunglah yang jadi sasaran. Rachmat lalu mendatangi tempat penjualan kalung Buyung. Tersadarlah Rachmat akan masa lalunya. Apalagi ada wartawan yang memberitahu, bahwa hubungannya dengan seorang gadis di desanya, menghasilkan seorang anak.